Mengisi Kemerdekaan


By Ummu Ghani  

Memasuki bulan Agustus, bangsa Indonesia, baik di kota maupun di desa, mulai mempersiapkan rangkaian acara semeriah mungkin untuk menyambut HUT RI.

 
Acara-acara tersebut tidak hanya berupa perlombaan, tetapi juga berupa hiburan. Bagi sebagian orang, meskipun kegiatan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit, kegiatan-kegiatan tersebut dianggap sebagai bentuk apresiasi dan kepedulian terhadap jasa para pahlawan yang merebut kemerdekaan bangsa ini.


Berangkat dari kebutuhan akan dana tersebut, kita sering berpapasan dengan anak-anak, remaja atau orang dewasa yang berdiri di tengah jalan sembari memegang kardus bertuliskan “SUMBANGAN AGUSTUSAN”. Bahkan, terkadang mereka nekat menghalangi jalan dengan cara memasang kayu palang guna memaksa setiap pengendara agar melambatkan laju kendaraannya. Hanya demi uang Rp2.000,-, mereka rela berpanas-panasan dan kerap beradu mulut dengan pengendara yang merasa terganggu. 

Miris rasanya, bangsaku yang berlimpah dengan sumber daya alam dan telah merdeka selama 71 tahun, hanya demi merayakan hari kemerdekaannya harus menadahkan tangan di tengah jalan. Inikah harapan para pahlawan kita yang telah berjuang mewujudkan kemerdekaan bangsa ini? Ataukah kita adalah para penerus bangsa yang tak mampu memahami arti kemerdekaan itu sendiri? 

Para pahlawan kemerdekaan rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengusir para kolonialis yang menguasai negeri ini selama ratusan tahun. Mereka sadar bahwa para kolonialis telah memperdaya bangsa ini dengan politik adu domba untuk menciptakan tembok pemisah antara kaum priyayi dan rakyat jelata. Mereka juga sadar bahwa hidup ini tak akan pernah mulia selama penjajahan masih membelenggu bangsa ini. Kini, sejarah tersebut akan terulang kembali. 

Penjajah tidak datang sendiri, tetapi diundang atas nama investasi. Tanpa rasa malu, para penguasa kita menjual negeri ini demi privatisasi. Mereka bagai kerbau dicocok hidungnya menandatangani pasal-pasal pembawa penderitaan bagi anak cucu di masa depan. Inikah makna mengisi kemerdekaan? Sesungguhnya, kemerdekaan tidak harus diisi dengan menyelenggarakan berbagai perlombaan atau hiburan yang meriah.

Bukan pula membuat seluruh umat ini riuh rendah memberikan semangat bagi para pemanjat pinang atau gegap gempita meneriakkan kata "merdeka!". Kemerdekaan seyogianya diisi dengan hadir di tengah umat dan menyadarkan mereka bahwa sistem kapitalisme adalah biang keladi kerusakan, kemiskinan, dan penderitaan masyarakat saat ini.

Sistem demokrasi memberikan keniscayaan pada manusia untuk membuat undang-undang, padahal membuat undang-undang merupakan hak prerogatif Allah semata. Sejatinya, kemerdekaan yang harus diyakini setiap muslim ialah saat kita kembali kepada aturan Allah SWT dan menerapkannya dalam segala bidang kehidupan tanpa memilih dan memilah. 

Hanya Islam yang mampu mewujudkan kemerdekaan hakiki. Bahkan, hanya dengan Islam kita mampu memahami arti kemerdekaan sejati.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kedudukan Kaidah: Mâ Lâ Yudraku Kulluhu Lâ Yutraku Mâ Tayasara Minhu

Tentang Laut

MAU NIKAH TIDAK PUNYA UANG