Memahami Qadha



Oleh Mahganipatra


"Mama..." panggilan itu yang sering aku rindukan, curhat temanku pagi itu. Tidak seperti biasanya hari ini pagi sekali dia sudah bertandang kerumahku.

Terlihat matanya sembab dan wajah yang kuyu karena mungkin semalam kurang tidur terlihat jelas terpantul di wajahnya.


Teman ku ini memang sering bertandang ke rumah dan kadang menyampaikan keluh kesahnya yang merasa kesepian karena belum di anugrahi momongan.


Miris sekali bukan ?
Satu sisi kita melihat banyak pasangan yang begitu merindukan hadirnya seorang anak dalam mahligai perkawinannya. Namun mereka harus terus menambah kesabaran menanti kehadiran buah hati di keluarganya. Sementara di sisi yang lain, kita juga sering menyaksikan berita di belahan bumi yang lain, banyak bayi-bayi  tsk berdosa yang di buang karena tidak di kehendaki kelahirannya.


Ironis, namun itulah fakta yang terjadi saat ini.

Paham liberalisme atau paham kebebasan yang di gaung-gaungkan para pemujanya terus merambah dunia remaja. Menjadi salah satu penyebab maraknya kasus pembuangan bayi yang baru lahir. Bahkan tidak hanya itu, pilihan aborsi juga mulai diupayakannya untuk segera diterima dsn dilegalkan di masyarakat. 


Sebab kalangan para pemudi saat ini, butuh solusi untuk menyelesaikan persoalan yang muncul dari akibat  budaya liberal ysng mereka adopsi. Kehidupan bebas yang dipilih telah menghasilkan kondisi remaja, banyak yang hamil di luar nikah.


Belum lagi angka perceraian akibat perselingkuhan di kalangan pasangan yang sudah menikah.
Akibat paham liberalisme pula yang mendorong salah satu pasangan atau bahkan keduanya untuk bergaul secara bebas. Tanpa memperhatikan norma-norma pergaulan yang di ajarkan masyarakat timur terlebih norma agama. Mereka mendewakan kebebasan ala barat yang mereka tonton di berbagai media. Bahwa budaya barat lebih bebas mengeksfresikan jiwa-jiwa liar mereka. Menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya  perselingkuhan yang berakhir dengan perceraian.


Sering kali saat jawil iman kita berada di titik terendah, atau karena kurangnya pemahaman tentang qhodo dan qadar.  Akhirnya mendorong kita pada sikap pesimis dan mencela takdir. Padahal pemahaman ini sangat penting dan harus menjadi pemahaman yang utuh sebagai bagian dari rukun iman. Karena ini akan menjadi amal yang menjadi konsekuensi kita terhadap keimanan tang kita aplikasikan dalam kehidupan.


Ketika keimanan tentang qhodo terdspat dua wilayah, yaitu;  Pertama adalah wilayah yang kita kuasai.
Di wilayah ini, kita di tuntut untuk terus berupaya semaksimal mungkin mewujudkan kebaikan-kebaikan yang sesuai dengan perintah dan larangan Alloh swt. Karena di wilayah ini, kita memiliki pilihan denfan berssndar pada kekuatan aksl kita. Akal bisa menimbang dan memutuskan tanpa menyelisihi syariat Islam/ hukum syara yang telah Allah Swt tetapkan. 


Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan oleh manusia. Maka saat telah menetapkan pilihan, sadarlah setiap pilihan kita, maka kita hatus bertanggung  jawab di hadapan Alloh SWT. Selalu ada nilai dari perbuatan kita. Ada pahla saat kita menjadikan hukum syariat sebagai sandaran dslsm keputusan. Dan ada dosa ketika kita selalu mengikuti pilihsn berdasarkan gawa nafsu semata. Karena setiap pilihan selalu ada konsekuensinya.


Misalnya bagaimana kita berusaha memenuhi kebutuhan hidup kita dengan memilih pekerjaan kita.
Apakah pekerjaan kita adalah pekerjaan yang halal atau haram.
Kemudian saat melaksanakan kewajiban kita sebagai istri untuk senantiasa taat kepada suami mendidik anak-anak kita untuk menjadi anak sholih yang taat kepada syariat Alloh dan sebagainya. Pilihan inilah yg akan di nilai oleh Alloh SWT.


Sementara jika berkaitan dengan qhodo yang di luar wilayah yang kita kuasai, kita hanya di tuntut untuk menerima, bersabar dan ikhlas menerima ketentuan Alloh SWT.
Hasil yang kita dapat bersifat netral, tidak di nilai sebagai pahala atau dosa. Akan tetapi sikap kita yang akan menentukan, penerimaan yang penuh rida dan ikhlas akan Allah Swt ganti dengan pahala. Sedangkan jika penuh kemarahan dan hujatan berakhir dalam kemurkaan Allah Swt.

 

Saat sudah puluhan tahun kita tak di karuniai anak, apatah yang bisa kita lakukan? Apakah  berdosa jika kita tidak memiliki keturunan ?

Tidak, itu adalah wilayah yang tidak kita kuasai. Kita hanya berharap dan terus memohon agar Alloh segera memberikan momongan kepada kita.
Sikap kitalah yang kemudian akan di nilai oleh Alloh SWT.


Jika kita bersabar dan terus ikhtiar mencari penyebab tertundanya kehamilan. Terus fokuslah kepada solusi, untuk mengobati jika memang ada faktor dari sisi kesehatan reproduksi kita dan suami.

Maka itulah yang akan Alloh nilai.
Kesabaran dan upaya-upaya kita yang akan membuahkan pahala. Sementara jika kita kecewa dan mencela hak ferogatifnya Alloh, dalam menentukan qhodo kepada hambanya. M tentunya sekain kekecewaan yang berkepanjangan tentunya dosa pula yang akan kita tuai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kedudukan Kaidah: Mâ Lâ Yudraku Kulluhu Lâ Yutraku Mâ Tayasara Minhu

Tentang Laut

MAU NIKAH TIDAK PUNYA UANG